Rabu, 29 Juli 2009

Merawat Kain Batik, Karya Seni Bernilai Tinggi

Sering kali teman-temanku mengeluh ketika mencoba memakai dan merawat batik. Komentar yang sering terdengar adalah, "Kok luntur yah? Kok mengkerut yah? Kok warnanya jadi pudar (jawa: mbludhuk) yah?" Berbagai pertanyaan itu muncul lebih karena kurangnya pemahaman tentang batik itu sendiri. Mari kita analisa dan jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Batik adalah kain bermotif yang menggunakan proses pelilinan (pemalaman) dalam pembuatannya. Ini bisa terlihat dari asal kata batik yang berarti amba (lilin/malam) dan nitik (menorehkan). Jadi kain bermotif batik yang tidak memakai proses pelilinan tidak bisa disebut kain batik. Ciri paling kentara jika kain melalui proses pelilinan adalah: yg pertama, kainnya pasti bau lilin (ya iyalah....heheheh...) yg kedua, warnanya tembus, alias motif yg tercetak bolak balik. Jika proses pelilinannya sempurna, kita susah membedakan mana yg muka depan dan mana yg muka belakang. Jika proses pelilinannya kurang sempurna maka ada titik-titik warna yg bocor (ngrambat). Nah, sekarang coba dilihat dulu koleksi kain batiknya. Jika selama ini kain batik yang dibanggakan ternyata muka depan dan muka belakang kontras warnanya berarti itu bukan kain batik, tepatnya adalah kain/tekstil bermotif batik. Selamat!! Mulai sekarang lebih baik kain itu anda hibahkan atau simpan rapat-rapat di lemari, hehehehe....

"Apa hubungannya kain batik dan kain bermotif batik dengan pewarnaan?" Jika pewarnanya sama dijamin kain bermotif batik akan lebih cepat luntur dan pudar dibanding kain batik. "Lho kok waktu saya beli kain batik, beli dari Priyo Atmodjo lagi, waktu dicuci kok luntur??" Tenang saja Bos. Luntur pada pencucian pertama sampai ketiga adalah sangat wajar. Proses pewarnaan kain batik menggunakan proses tradisional. Jadi pada pencucian pertama sampai ketiga akan ada pewarna yang luntur (residu). So, pisahkan kain batik yang baru dicuci dengan kain yg lain. "Kalau ternyata setelah pencucian ketiga masih tetap luntur?" Upsss....jangan beli lagi deh dari produsen tersebut, karena terbukti kain batiknya bermutu rendah, hehehe...

Batik adalah produk seni. Bahkan ada beberapa kain batik yang dibuat hanya satu motif untuk satu potong saja. Ini adalah kain batik HanTu alias hanya satu. Anda tidak akan mungkin menemukan padananya di seluruh dunia, bahkan di seluruh jagat raya ini. Selamat kepada costumer Priyo Atmodjo yang telah mendapatkan kain tersebut. Kembali ke masalah karya seni, selayaknya batik juga harus dirawat seperti layaknya merawat karya seni yang bernilai tinggi. Proses yang sering merusak kain batik adalah saat mencuci. "Pakai dry clean yah?" Boleh saja jika dompet anda sangat tebal sehingga terasa mengganjal di saku celana Anda. "Jika dompet tipis setipis dompet punya shsd??" Tenang saja, kita back to nature saja, kembali ke warisan leluhur sejak ratusan tahun yang lalu. "Bagaimana caranya?" Dengan biji lerak (Sapindus rarak) atau daun dilem/nilam (Pogostemon cablin). Biji lerak atau dan dilem diremas remas dengan air sampai mengeluarkan busa. Setelah itu cuci seperti biasa. Tidak dianjurkan menggunakan mesin cuci. Dan kucek dengan halus, dilarang disikat, kecuali batik Anda sangat kotor karena dipakai ke kebun (batik kok dipakai ke kebun..heheheh....).

Jika domisili Anda di daerah terasing dan sukar mendapatkan daun dilem, sekarang sudah banyak dijual lerak instant yang berwujud seperti shampo. Tinggal tuang, busakan dan cuci seperti biasa. "Jika masih susah mendapatkan lerak instant?" Pakai shampo aja deh...busakan dan cuci seperti biasa. "Jika shampo susah didapatkan?" Domisili anda pasti di planet terasing, hehehe.. "Kalau tinggal di daerah terasing tapi tetep pengen pakai lerak?" Beli di solo. Lerak FOB Solo Rp. 15,000/kg. Tinggal tambah ongkos kirim sampai deh ke rumah. Untuk sekilo lerak dipakai setahun juga ngga habis.

Setelah dicuci, kain batik jangan diperas. Ambil hanger (gantungan baju), jemur di tempat yang berangin dan jangan dijemur di bawah sinar matahari langsung. Menjemur dengan posisi muka depan di dalam dan muka belakang di luar. Jika masih berwujud kain yang belum dijahit, bentangkan dengan rapi. Perhatikan dengan teliti, jangan sampai kain batik terlipat. "Bagaimana dengan sabun colek dan pemutih?" Sangat terlarang untuk batik.

Setelah kering batik perlu disetrika agar tidak kusut. Pergunakan panas sedang. Tidak perlu dengan panas tinggi karena secara alami batik berkualitas pasti menggunakan kain bermutu (kain primissima dan kain prima) yang mudah rapi ketika disetrika. "Perlu dipakai pelembut atau pewangi?" Tidak usah. Efek alami dari lerak dan daun dilem adalah melembutkan pakaian, memunculkan warna serta memberi aroma soft pada kain.

Setelah disetrika simpan di lemari yg tidak lembap. Beri akar wangi kering yg sudah dicuci atau merica pada sudut-sudut lemari. Untuk baju disarankan untuk di-hanger. Untuk kain yang belum dijahit gunakan cloth cover untuk pelindung pakaian. Secara berkala kain batik yang disimpan dalam lemari dan dilipat perlu dikeluarkan, dibentangkan dan diangin-anginkan untuk menghilangkan lembap dan mengembalikan bekas lipatan.

Selamat memakai kain batik, kain yang mengandung karya seni bernilai tinggi.


nuwun,

shsd